Saat sedang berselancar di instagram, algoritma instagram mengantarku pada sebuah iklan yang sedang mengadakan kelas menulis. Aku yang saat itu sedang ingin belajar menulis tanpa ragu ragu langsung mendaftarkan diri setelah melihat harga yang cukup terjangkau.
Kelas menulis tersebut berlangsung selama satu bulan. Selama satu bulan diharapkan peserta menyerahkan satu bab hasil karyanya. Pada kelas menulis tersebut, setiap hari mentor akan memberikan beberapa materi untuk dipelajari. Materi yang sangat ringan, mengenai perbedaan fiksi dan non fiksi, penulisan EYD, alur cerita, dan motivasi untuk peserta menghilangkan writer block. Walau ringan, bagiku ilmu yang diberikan menyegarkan pengetahuanku yang sudah pudar mengenai dunia penulisan ini.
Selain membuat hasil karya sendiri. Komunitas ini juga mengajak peserta untuk membuat antologi puisi. Aku yang sejak SD sama sekali tak berminat dengan puisi, kini berubah pikiran ingin belajar membuat puisi.
Berikut adalah puisi yang aku coba ciptakan saat mengikuti kelas menulis di bulan Juli 2020.
Karya
Seribu Anak Bangsa
Ledy Nur Kharisma
Seribu anak bangsa
Bersama menghasilkan karya
Karya tercipta hasil usaha
Walau tak mudah mengendalikan indera
Lebih tak mudah mengalirkan rasa
Ruang
karya datang memberikan asa
Asa
para pencipta
Supaya
lebih terasa
Sebuah
rasa memiliki karya
Seribu teman berjuang bersama
Bersama mencapai cita˗citanya
Semangat dan dukungan memberikan rasa
Rasa gairah mencipta karya
Seribu
anak bangsa menghasilkan karya
Seribu
karya untuk bangsa dan negara
Seribu
anak bangsa menghasilkan karya
Seribu gagasan untuk bangsa dan negara
Nah gimana menurut teman teman? Masih jauh dari puitis kan ya? hihi namanya juga pemula.
Lalu bagaimana dengan buku yang akan kuterbitkan?
Sayang, aku belum seantusias itu untuk menulis. Selama satu bulan tersebut aku hanya menyerahkan empat bab saja 😌. Padahlal teman teman peserta lain ada yang sudah menerbitkan karya mereka bahkan kurang dari satu bulan.
Selain itu mentor juga hampir tiap hari mengingatkan untuk mengirimkan hasil, tapi tetap saja mental blok dan sibuk (sibuk baca komik online tepatnya hehe) menjadi alasanku tak menyerahkan karyaku tepat waktu.
Terus semangatku juga semakin menurun saat tahu bahwa untuk menerbitkan buku, ternyata peserta harus membayar sekitar 100 sampai 200 ribu. Lah kok kita yang mau menerbitkan buku kok kita yang bayar? Akhirnya aku berhenti tidak melanjutkan karyaku di komunitas itu.
Padahal mah selesain aja dulu ya ceritanya. Terbit atau tidak terbit, itu hanya masalah waktu.
Bagaimana dengan kalian? Apa tertarik untuk menulis buku? Yuk baca lanjutannya di sini.
Posting Komentar